Rotasi.co.id – Calon Wakil Wali Kota Bekasi Nomor Urut 2, Nurul Sumarheni menyiapkan terobosan solutif yaitu Intelligent Transportation Systems (ITS) atau sistem transportasi cerdas dan terintegrasi dalam menjawab masalah antara angkot dan BisKita agar dapat tetap beroperasi bersama.
Ia menilai kehadiran Trans Patriot dan BisKita, merupakan solusi transportasi Kota Bekasi, yang seharusnya dapat beriringan dengan keberadaan moda transportasi lain terutama angkot melalui sistem transportasi yang terintegrasi dan tersinkronisasi.
“Ini lah yang menjadi pangkal silang pendapat dan sumber keresahan pengusaha dan sopir angkot dan selama ini mengandalkan penghasilannya dari angkot,” kata Nurul, pada Kamis (4/10/2024).
Menurutnya, melalui sistem tersebut, jalan-jalan lingkungan akan dilayani oleh angkutan lingkungan dalam bentuk angkot seperti yang sudah ada selama ini.
Kemudian, jalan-jalan protokol dan jalan besar dilayani oleh mid bus seperti Trans Patriot atau BisKita.
Seluruh sistem itu pun terhubung juga dengan moda transportasi massal seperti LRT, MRT dan KRL.
“Angkot atau angkutan lingkungan bisa berperan sebagai moda transportasi primer sekaligus feeder ke moda transportasi mid bus atau MRT, LRT dan KRL tergantung lokasi,” ujarnya.
Nantinya, pengusaha dan sopir angkot akan diberikan pembinaan agar kendaraan yang dimiliki dapat memenuhi kualifikasi yang akan ditetapkan oleh pemerintah kota dan lebih nyaman.
Kemudian, pihaknya juga akan berupaya untuk memberikan akses permodalan agar angkot yang ada di Kota Bekasi bisa beroperasi sesuai kualifikasi tersebut.
“Bisa melalui fasilitas pemberian kredit lunak,” katanya.
Nurul melanjutkan, dari sisi supir juga harus mendapatkan pelatihan dan tersertifikasi, dan akan difasilitasi BPJS juga.
“Nantinya sebagai pekerja sektor informal, para sopir juga harus difasilitasi BPJS ketenagakerjaannya,” ujarnya.
Selain itu, juga perlu ada penambahan metode pembayaran angkot untuk memudahkan penumpang dan pengaturan skema jumlah angkot di suatu lingkungan agar merata di seluruh wilayah Kota Bekasi.
“Metode pembayaran bisa cashless atau tunai, tergantung penumpang,” ujarnya.
“Volumenya dibatasi sesuai rasio polulasi sehingga tidak ada penumpukan jumlah angkot di suatu lingkungan,” sambung Nurul, sekaligus menutup wawancaranya.