ROTASI.CO.ID – Priyo Siswoyo (43) salah satu difabel yang tinggal di Yayasan Budi Bakti Bina Daksa, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Bermodal sebatang pensil dan lembaran kertas, ia ciptakan karya seni yang luar biasa. Ia dikenal seniman pelukis wajah.
Ragam lukisan wajah terpampang di sebuah galeri kecil sebelah kamar tidurnya. Lukisan itu diarsir menggunakan sebatang pensil di atas lembaran kertas berukuran A3. Meski hanya dengan goresan pensil, lukisan wajah ini tampak seperti gambar aslinya.
Mas Priyo, begitulah tetangga-tetangga memanggilnya. Bakat menggambar sejak di sekolah dasar, akhirnya mengantarkan dirinya menjadi seniman pelukis wajah. Pemuda kelahiran Wonogiri ini berhasil melampaui batas diri dengan menciptakan karya lukis yang mempesona. Namun, tak banyak yang tahu kisah dibalik keberhasilannya.
Semua berawal dari kejadian pahit yang menimpa dirinya saat ia berusia 24 tahun. Pria paruh baya ini, harus rela kehilangan separuh fungsi organ tubuhnya akibat kecelakaan kerja. Ia kehilangan kemampuan fungsi otot pada anggota tubuh bagian bawah, termasuk kedua kakinya.
Kejadian nahas yang terjadi sekitar tahun 2003 itu membuat ia harus dilarikan ke tiga rumah sakit yang berbeda untuk mendapatkan perawatan intensif. Hingga pada akhirnya ia divonis oleh dokter menderita paraplegia yaitu hilangnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh bagian bawah.
Musibah yang menimpa dirinya lantas membuat ia jatuh harapan dan putus asa. Kembalinya ia ke kampung halaman membuat ia merasa terisolasi dengan keadaan. Tidak ada teman yang senasib dengannya. Alhasil, ia memutuskan untuk bergabung dengan yayasan para penyandang disabilitas Rehabilitasi Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso, Solo, Jawa Tengah.
Kehidupannya menjadi lebih baik karena ia merasa tidak sendirian. Banyak teman-teman yang senasib dengannya. Berbagai aktivitas ia lakukan untuk mendalami keahlian seperti kerajinan tangan, olahraga dan lain sebagainya.
Berbekal keterampilan yang telah didapatkan, pria yang juga memiliki hobi bulutangkis ini memutusakan untuk kembali ke kampung halaman. Namun, lagi-lagi kondisi lingkungan tidak membuatnya semakin membaik.
Akhirnya ia memutuskan merantau ke Ibu Kota untuk mengadu nasib. Kini ia tinggal di sebuah Yayasan Budi Bakti Bina Daksa yang berlokasi di jalan Pondok bambu, Jakarta Timur. Disanalah ia banyak menggali keterampilan salah satunya keahlian dalam melukis wajah.
Wujudkan Mimpi Lewat Lukisan
Keterbatasan tidak menghalangi semangat Priyo Siswoyo untuk berkarya. Bermodal pensil ditangannya ia mampu menyulap kertas kosong menjadi sebuah hasil karya yang menggagumkan. Keterampilan tersebut dia dapatkan setelah mengikuti program pelatihan yang diadakan oleh yayasan tempat ia bernaung.
Di atas kursi rodanya ia goreskan pensil. Menorehkan jejak di setiap lembaran kertas. Membentuk pola, mengarsirnya, sesekali dia menghapusnya. Tatapan matanya yang tajam seolah-olah tidak terlepas dari coretan pensil yang sedang asyik bergoyang. Agar hasilnya maksimal ia cocokkan kembali dengan objek dari smartphone miliknya.
Melalui peralatan sederhana itulah ia mulai berkreasi dengan imajinasinya. Berkat ketekunan dan keterampilannya, banyak orang yang minat dengan hasil karyanya. Inilah awal mula karyanya menghasilkan profit. Selain mengubah hobinya menjadi sebuah karya, ia juga telah berhasil mengubah karya menjadi penghasilan.
Selembar kertas dengan hasil karya lukisnya dibandrol dengan harga 100 ribu hingga 200 ribu tergantung dari kerumitan gambar yang disediakan oleh pelanggannya. Karyanya pun banyak digunakan sebagai kado ulang tahun, hadiah pernikahan, dekorasi, bahkan untuk mengabadikan foto lama yang telah buram atau rusak.
Banyak pelanggannya yang memberikan apresiasi lebih atas hasil lukisannya. “Terkadang dari pelanggan juga ada yang memberi bayaran lebih” begitulah ujarnya. Bahkan ada juga pelanggan yang terkagum-kagum dengan hasilnya karena sangat detil dan mirip dengan gambar aslinya.
Meskipun promosi hanya dilakukan melalui media sosial, namun banyak juga teman daringnya yang berminat lalu menghubunginya. Orderan pun datang silih berganti. Bahkan pelanggannya pun tidak hanya dari Jakarta, melainkan antar pulau seperti sumatera dan Kalimantan.
Tidak hanya mendapatkan penghasilan tambahan, karya lukisnya juga menghantarkan ia bertemu dengan orang nomor satu di Indonesia, bapak Joko Widodo Presiden Republik Indonesia pada Pameran Kerajinan Nusantara Kriyanusa di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan beberapa tahun lalu.
Ini merupakan mimpinya sejak dulu, yaitu ingin memberikan bingkai dengan lukisan wajah bapak Joko Widodo bersama istrinya. Haru bahagia menyelimuti hati Priyo tatkala menyerahkan hasil karyanya kepada salah satu orang terpandang di Indonesia. Pertemuan kala itu tentunya menjadi pengalaman sekaligus kenangan yang tak terlupakan dalam hidupnya.
Jembatan Berbagi Kebahagiaan
Baginya melukis merupakan salah satu cara berbagi kebahagiaan. Dengan melukis, ia dapat menyalurkan imajinasi, kreativitas, bahkan passion yang dimiliki. Ibarat pengisi daya, ia telah menanamkan energi positif di setiap karya lukisannya. Tak hanya bangga dengan sosok seniman seperti Priyo, orang pun akan bahagia dengan lukisan yang telah dibuatnya.
Tentunya kebahagiaan itu, tidak serta merta hadir begitu saja. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran penting ekspedisi yang menjadi jembatan untuk mengantarkan kebahagiaan. Meskipun pada awalnya sulit mengirimkan lukisan kepada pelanggannya yang tidak bisa ia jangkau. Akhirnya ia menemukan outlet JNE yang tidak jauh dari asramanya.
JNE pun kini menjadi andalan Priyo untuk mengirimkan produknya yang mampu menjangkau ke seluruh Indonesia. Sesuai dengan taglinenya “connecting Happiness”, JNE secara tidak langsung menjadi perantara kebahagiaan kepada setiap pelanggannya. Selain pelayanannya ramah, pengiriman pun menjadi lebih mudah, cepat, dan hemat.
Melukis ternyata tidak semata-mata sebagai pelarian dari rasa kesedihan yang Priyo alami, tetapi juga memberikan arti berbagi kebahagiaan kepada setiap orang yang menjadi objek lukisannya. Sebuah karya yang tidak hanya indah di pandang tapi juga mengalirkan semangat dan motivasi hidup dari seorang yang memiliki keterbatasan fisik seperti Priyo.
Karyanya kini mampu memberikan dorongan dalam menghadapi kenyataan hidup. Raut wajahnya juga tak pernah lagi menunjukan kegelisahan dan kesedihan, yang ada hanyalah senyuman penuh kebahagiaan. Baginya ini adalah sebuah anugerah yang telah Tuhan berikan. (adh)