Rotasi.co.id – Selain aspek perkembangan anak, Akademisi Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi, Abdul Khoir juga menyoroti kesiapan guru menerapkan pembelajaran pemrograman (coding) dan Artificial Intellegence (AI) pada Sekolah Dasar dan Menengah.
Dalam hal ini, Khoir mempertanyakan kesiapan guru dalam mengikuti perkembangan teknologi yang begitu masif mengalami pemutakhiran.
Sebab baik guru maupun siswa akan dihadapkan pada situasi masih sama-sama saling belajar, sehingga kesabaran guru akan diuji dalam mendampingi peserta didik.
“Yang kita khawatirkan justru guru terjebak untuk asik dengan dunia AI-nya, anak-anak asik mengeksplorasi pemahaman dasar,” kata Khoir kepada rotasi.co.id, pada Rabu (20/11/2024).
Sebab Khoir menilai perilaku interaksi antara anak dengan dunia digital tanpa pengawasan dan pembinaan ketat, akan memiliki efek buruk yaitu ketergantungan.
“Siapa yang bisa menjamin guru-guru misalkan cukup sabar melakukan pembinaan yang intensif terhadap pola perilaku siswa selama dia berinteraksi dengan dunia digitalnya?” tanya Khoir, yang juga sebagai Wakil Rektor III Unisma Bekasi.
Sebab efek dari ketergantungan terhadap dunia digital melalui sebuah perangkat dapat mempengaruhi mentalitas anak.
“Menteri pasti akan mengundang para ahli jika itu memang akan diterapkan. Dan itu biasanya akan mengalami paling tidak, tiga proses. Pertama konsepnya seperti apa, baru dilakukan uji coba, setelah itu mungkin ada perbaikan, baru kemudian diaplikasikan,” ucapnya.
Dengan demikian sebelum coding dan AI resmi ditetapkan ke dalam kurikulum, Khoir menyampaikan perlunya mempertibangkan dalam aspek perkembangan anak juga, selain mempertimbangkan kesiapan guru.
Agar anak dalam tahapan belajarnya memiliki keseimbangan antara aspek kognitif, aspek psikologis, kinestetik, dan hubungan sosial dengan sekitarnya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyatakan coding dan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan diusulkan masuk kurikulum SD serta SMP sebagai mata pelajaran pilihan.
Mengutip dari CNN.com Hal itu disampaikan Mu’ti kala menggelar forum diskusi ‘Sambung Rasa Guru’ di SMAN 2 Wates, Kulon Progo, DIY, pada Rabu 13 November lalu.
Sontak saja, hal itu memicu diskusi dan perdebatan di kalangan praktisi pendidikan, pemangku kebijakan daerah, hingga akademisi menyoal kebijakan yang seyogyanya memerlukan pertimbangan yang matang dari segala masukan oleh berbagai pihak.