ROTASI.CO.ID – Anak akan menjadi penerus bangkitnya aktifitas Masjid atau Musolah. Hal itu disampaikan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama RI, Moh Agus Salim yang berencana menjadikan Masjid dan Musholah di seluruh Indonesia menjadi tempat ramah anak.
“Dalam kurun 5 sampai 10 tahun kedepan, jika orangtuanya sudah pada nggak ada dan sejak kecil anak tidak mencintai masjid, maka masjid itu akan kosong. Nah strategi ramah anak ini akan membentuk karakter anak cinta masjid,” ungkapnya dalam dialog bertajuk ‘Isu-Isu Kebimasislaman dengan Praktisi Media’, Bogor, Selasa (22/9/2020).
Katanya, Masjid dan Musholah nantinya akan diberikan tempat bermain di area taman masjid. Tidak hanya itu, Agus Salim juga berencana memasang wifi gratis di area masjid dan musholah.
“Orang tua sekarang banyak ngajak anak ke teman bermain di mall ataupun restoran. Anak ini jadi ketagihan bermain disana. Ha itu membuat anak jadi cinta dengan tempat lain, bukan masjid. Nah, taman bermain dan wifi nantinya dapat menarik minat anak untuk terus berada di masjid,” jelasnya.
“Kalau anak bermain dan yang anak ABG nya juga belajar di masjid, secara tidak langsung saat masuk panggilan Adzan, mau nggak mau mereka pasti ikut shalat. Kondisi itu, lama kelamaan akan membuat mereka mencintai masjid dan memiliki kesadaran atas kewajibannya untuk melaksanakan shalat,” sambungnya.
Ia berharap, para pengurus masjid untuk tidak memiliki stigma negative terkait anak yang bermain di dalam masjid. Seharusnya, kata Agus Salim, ketika anak memiliki cara bermain yang berlebihan disaat waktu shalat, maka edukasi adalah jalan terbaik.
“Biasanya pengurus ini, anak main lari-larian bahkan bukan waktu jam shalat, anak itu dimarahin, seharusnya biarkan mereka bermain. Kalau masuk waktu shalat, nah, kasih edukasi yang bisa mereka terima, bukan dengan cara marah ataupun ngusir. Salah itu,” tuturnya.
“Ajak mereka untuk tertib saat diwaktu shalat. Sampaikan setelah atau shalat berlangsung. Rangkul mereka. Buat program coba, mengaji contohnya. Dalam agenda itu, selipkan tata terbit bermain untuk anak dengan Bahasa yang mudah di terima oleh anak, bukan untuk melarang ya,’ pungkasnya. (ar)