ROTASI.CO.ID – Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi telah menyusun rencana implementasi penyelenggaran haji dan umrah yang dikodifikasi dari penyelenggaraan haji terbatas pada tahun 2020 lalu, untuk diterapkan sebagai pedoman penyelenggaraan ibadah di dua masjid suci, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di masa pandemi.
Dilansir Saudi Gazette pada Senin (9/2/2021), pada musim haji tahun lalu, Kementerian Haji dan Umrah Saudi bekerja sama dengan pihak berwenang terkait, telah membuat pengaturan manajemen keramaian yang cermat untuk menjaga keselamatan jemaah.
“Kami berharap untuk tidak melihat kerumunan orang yang biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya di situs Suci (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi),” kata Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Muhammad Saleh Benten dalam forum Ilmiah ke-20 untuk Penelitian Haji, Umrah.
Tahun ini, kata Benten, akan ada standar khusus yang ditetapkan untuk layanan jemaah di Mekah dan Madinah, baik itu untuk jemaah yang akan melakukan ritual ibadah umrah atau haji.
Seperti diketahui, lebih dari 7,5 juta orang telah melakukan umrah dan ibadah salat di Masjidil Haram sejak dimulainya kembali layanan Umrah dan salat di Masjid Suci pada 4 Oktober.
Presidensi Umum Urusan Dua Masjid Suci, Syeikh Abdurrahman As-Sudais mengatakan dari total 7,5 juta jamaah yang melakukan ibadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, jemaah umrah menyumbang sekitar 1.934.000 orang.
Sedangkan sisanya mencapai 5.480.000 jemaah, didominasi jemaah lokal untuk ibadah salat di dua masjid suci sejak pertama kali dibuka untuk umum sejak 4 Oktober 2020 hingga 30 Januari 2021.
Sementara itu, Imam Sudais menegaskan tidak ada kasus COVID-19 yang tercatat sejak dimulainya pandemi di antara jemaah umrah maupun jemaah haji di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Hal ini dikaitkan dengan tindakan pencegahan maksimal yang dilakukan otoritas dua masjid suci untuk mencegah penyebaran virus Corona. Layanan protokol kesehatan yang telah diberikan terbukti mengurangi risiko kesehatan bagi jemaah di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
“Hal ini membuat dua masjid suci itu menjadi tempat yang paling sehat dan sesuai untuk pengendalian infeksi di dunia,” katanya, seraya menambahkan bahwa setiap orang harus terus mematuhi semua tindakan pencegahan, dan mengabaikan rumor yang tidak berdasar.
Sebelumnya, penyelenggaraan ibadah haji tahun 1441 Hijriah atau tahun 2020 digelar secara berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Wabah COVID-19 yang melanda hampir seluruh dunia memaksa penyelenggaraan ibadah haji pun mesti dilakukan secara terbatas dengan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Kementerian Haji dan Umrah awalnya menyebut jumlah jemaah haji tak lebih dari 10 ribu jemaah. Kemudian menyusut setelah diseleksi menjadi 2.000 jemaah, hingga pada akhirnya ditetapkan sekitar 1.000-an jemaah yang diizinkan menunaikan ibadah haji 2020.
“Jumlah jemaah akan sekitar 1.000, mungkin kurang, mungkin lebih sedikit. Angkanya tidak akan sepuluh ribu atau ratusan ribu,” ujar Menteri Haji Arab Saudi Mohammad Saleh Benten.
Keputusan ini diambil untuk memastikan haji dilakukan dengan cara yang aman dari perspektif kesehatan masyarakat. Selain itu, sambil mengamati semua langkah-langkah pencegahan dan protokol jarak sosial yang diperlukan untuk melindungi dari risiko penularan virus, sesuai dengan ajaran Islam dalam menjaga kehidupan manusia. (ar)