Rotasi.co.id – Harga daging sapi di pasaran sejak Lebaran Iduladha 2025 terus bertahan tinggi di kisaran Rp120.000–Rp130.000 per kilogram, meski stok dinyatakan melimpah.
Kondisi ini memunculkan dugaan adanya permainan dari oknum tertentu yang menahan penjualan agar harga tetap melambung.
Pengamat Sosial Keagamaan, B. Suyoto Notonegoro menilai fenomena ini sangat janggal.
Menurutnya, secara normal harga daging sapi seharusnya turun menjelang Iduladha karena permintaan menurun, lalu kembali stabil beberapa waktu kemudian.
“Tingginya harga daging di pasar ketika stoknya melimpah tentu patut dicurigai karena adanya oknum yang menahan penjualan agar harga daging melambung tinggi,” kata Suyoto dalam keterangan tertulis yang diterima Selasa (14/8/2025).
Ia menambahkan, permainan harga ini tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga para pedagang di pasar.
“Penurunan permintaan membuat pedagang mengurangi jumlah daging yang dijual, bahkan sebagian beralih menjual daging ayam yang lebih terjangkau,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, pantauan di sejumlah pasar tradisional, seperti Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan, harga daging sapi masih tinggi dan relatif tidak berubah sejak sebulan terakhir.
“Kalau harganya justru naik sejak Iduladha hingga sekarang, tentu harus dicurigai. Ini jelas ada permainan oknum,” tegasnya.
Suyoto menilai, pemerintah perlu mengambil langkah tegas dengan menyerahkan pengelolaan daging sapi kepada BUMN agar harga lebih terkendali.
“Alangkah baiknya masyarakat mendesak pemerintah agar mengambil alih pengelolaan daging sapi melalui BUMN. Jika pemerintah sudah menentukan harga maksimal Rp90 ribu per kilogram, maka acuannya bisa sama di seluruh pedagang,” pungkasnya.
Kenaikan harga daging sapi dikhawatirkan akan menekan daya beli masyarakat dan memicu inflasi.
Oleh karena itu, pengawasan distribusi dan penetapan harga yang lebih ketat dinilai menjadi solusi untuk menjaga stabilitas pangan nasional. (*)